Mobil Edukasi Bencana, dikemas menarik seperti kedai Kopi yang menyiapkan juga produk – produk lokal, agar mengundang perhatian. Selayaknya sebuah Cafe berjalan |
Bahkan tak hanya kegiatan tanggap bencana di sekolah, Dinas Sosial Provinsi NTB bahkan meluncurkan Mobil Edukasi Bencana (MEB) yang terus berpatroli hingga ke pelosok daerah untuk mengingatkan setiap warga masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi bencana yang sewaktu – waktu bisa terjadi.
“Takdir menempatkan Indonesia termasuk kita NTB berada pada tiga lempeng tektonik sehingga pantas dijuluki super market bencana. Semua jenis bencana ada, bencana alam dan non alam pun menjadi keseharian kita,” ujar Kepala Dinas Sosial Provinsi NTB, H. Ahsanul Khalik, S.sos., MH., saat dikonfirmasi pada Sabtu (11/10).
Ia mengatakan Mobil Edukasi Bencana, dikemas menarik seperti kedai Kopi yang menyiapkan juga produk – produk lokal, agar mengundang perhatian. Selayaknya sebuah Cafe berjalan, MEB membuka lapak di keramaian untuk menyasar pengunjung yang akan menikmati kopi dan mendapatkan informasi terkait kebencanaan.
“Mobil ini berfungsi sebagai kafe berjalan yang bisa membuka lapak di keramaian lalu pengunjung menikmati kopi asli Lombok dan Sumbawa dengan kue dan jajanan lokal, dan sambil menikmati kopi diisi dengan diskusi kebencanaan, atau sosialisasi tentang bencana,” jelasnya.
Berangkat dari kondisi ini, semua pihak harus berperan aktif dalam misi kemanusiaan. Guna mengurangi resiko bencana seperti yang pernah terjadi 2 tahun silam di NTB. “Peran semua pihak termasuk para santri, pelajar, mahasiswa dan semua komponen masyarakat sangat penting dikuatkan menjadi bagian dalam pengurangan resiko bencana. Sehingga kita dapat menyiapkan kesiapsiagaan untuk respon yang efektif untuk bangkit kembali,” kata AKA panggilan akrabnya.
AKA berpesan agar gerakan sederhana kesiapsiagaan ini, menjadi semangat warga masyarakat di NTB khususnya untuk lebih siap dengan cobaan hidup. Sekaligus memupuk kesadaran seluruh pihak untuk tetap menjaga alam tanpa merusaknya dengan kegiatan – kegiatan yang tidak baik.
“Mari kita jadikan sebagai ikhtiar untuk pengurangan resiko bencana menjadi bagian dari investasi peradaban bagi anak cucu kita. Tagana harus menjadi pelopor, motivator dan motor penggerak kesiapsiagaan kita dari bencana,” pungkas AKA.
Gerakan Tagana Masuk Sekolah di NTB pada sepanjang bulan oktober ini, akan menyasar 35 sekolah dan pondok pesantren di 10 kabupaten/kota se NTB. (gl 02).