Wakil Ketua I Tim Penggerak PKK Provinsi NTB, Ir. Hj. Lale Prayatni, pada Dialog Kentongan program RRI Mataram |
MATARAM, - Lingkungan keluarga merupakan benteng dalam menghadapi dan mengurangi resiko bencana. Karena keluarga adalah struktur masyarakat terkecil pertama yang memberikan sosialisasi kepada setiap anggotanya. Terutama peran ibu sangat strategis memberikan mitigasi bencana kepada keluarga, sehingga memperkokoh ketahanan keluarga menghadapi bencana alam maupun non alam.
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua I Tim Penggerak PKK Provinsi NTB, Ir. Hj. Lale Prayatni, pada Dialog Kentongan program RRI Mataram, dengan mengusung tema "Mitigasi Bencana Berbasis Keluarga" , Selasa (9/2/2021)di studio RRI Mataram.
"Rumah tangga atau lingkungan keluarga menjadi struktur pertama yang cukup penting perannya dalam mitigasi bencana," kata Hj. Lale Prayatni.
Menurutnya, yang paling penting harus disadari keluarga itu adalah Madrasah dan gurunya yang paling utama yaitu ibu-ibu di dalam keluarga.
Sehingga, sasaran utama yang harus dibentuk kesadaran dan pemahamannya adalah seorang ibu dalam sebuah keluarga. Namun tanpa menafikan peran ayah sebagai kepala keluarga.
Diberbagai media dapat dilihat situasi saat ini hampir disemua wilayah terjadi bencana. Untuk itu TP.PKK Provinsi NTB terus bergerak melakukan edukasi dan mitigasi bencana berbasis keluarga.
"Kami memang secara rutin melaksanakan kegiatan mitigasi bencana kepada seluruh pengurus PKK bersama-sama dengan BPBD Provinsi NTB," ungkapnya.
Tujuan kegiatan tersebut memberi pengetahuan dan pembekalan tentang ketahanan keluarga menghadapi bencana. Sehingga pengurus tahu melakukan mitigasi bencana di dalam keluarga. Sadar risiko bencana, tahu menejemen bencana, berdaya dan tangguh, serta siap secara psikoligi hadapi bencana.
Selain itu dijelaskan pula selain bencana alam, saat ini NTB sedang menghadapi bencana non alam, yaitu pandemi Covid-19. Lagi-lagi peran keluarga terutama ibu sangat besar. Terutama memberikan edukasi betapa penting kesehatan keluarga. Maka menerapkan protokol kesehatan suatu keharusan. Menerapkan 5M, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak.
"Itu semua merupakan bencana yang secara umum memerlukan kesadaran pribadi agar terhindar dari bencana alam maupun non alam," tuturnya.
Diakhir dialog tersebut, Ia berpesan kepada perempuan-perempuan yang ada di NTB, kenali dirimu dan kenali musuhmu.
Yang dimaksud kenali dirimu adalah merujuk pada kualitas keluarga yang dimiliki serta pada kemampuan pengurangan risiko bencana. Sedangkan kenali musuhmu merujuk pada potensi ancaman bahaya yang ada disekitar lingkungan.
"Ini pesan saya untuk perempuan dan ibu-ibu di NTB," tutup Lale Prayatni.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi NTB, Ir. Zainal Abidin, M.Si., menjelaskan bahwa pada gempa Kobe di Jepang tahun 1995, ada hal yang sangat menarik untuk diketahui. Bahwa data menunjukan penyelamatan sendiri menempati angka 35%, diselamatkan oleh anggota keluarga menempati angka 31,9%, diselamatkan tetangga dan teman adalah 28,1%, kebetulan orang yang hanya lewat menempati angka 2,6%, tim SAR hanya 1,7% dan faktor-faktor lain hanya 0,9%.
Belajar dari data tersebut, melakukan mitigasi bencana harus secara masif dilakukan. Karena kalau dilihat dari data Jepang, penyelamatan mitigasi bencana berbasis keluarga, masih dibawah angka 90% disini.
Jadi kenapa kita memilih keluarga dalam hal ini, karena di dalam keluarga itu ada hal yang paling penting. Disitu ada tokoh yang paling penting yaitu seorang ibu. Peran ibu, saat dilanda bencana ibarat ratu dalam rumah tangga. Ibu tahu tempat dimana harus menyimpan barang.
Selain itu, diakuinya, berdasarkan klasifikasi bencana, ada 14 dari bencana yang ada di dunia ini, sebayak 11 bencana ada di NTB dan Indonesia umumnya.
"Maka kita harus memulai mitigasi itu dalam skala yang paling kecil sekali, yaitu lingkungan keluarga atau rumah tangga. Memberi pemahaman kepada keluarga tentang manejemen bencana. Misalnya saat terjadi gempa, apa yang harus dilakukan, untuk melindungi diri dan menyelamatkan keluarga, sebutnya. (Gl 02).