Foto Forkompimcam dan semua jajaran terkait di Kuripan gencarkan Gebrak PSN. Warga setempat merakit alat fogging untuk memberantas DBD |
LOMBOK BARAT, - Pihak Kecamatan bersama Desa dan stakeholder di daerah Kuripan Kabupaten Lombok Barat sangat serius memberantas Demam Berdarah Dangue (DBD). Bentuk keseriusannya, kecamatan bersama Forkompimcam, desa, dibantu Dinas Kesehatan dan puskesmas melakukan gerakan bersama (Gebrak) pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di wilayah setempat. Tak hanya itu, pelaku industri kecil menengah (IKM) di Kuripan merakit alat fogging sederhana untuk mempermudah warga memberantas nyamuk penyebab DBD ini.
Camat Kuripan Iskandar S.Sos., mengatakan pihak kecamatan terus berusaha untuk memberantas DBD. Dari awal pihaknya bergerak melakukan penanganan bersama tim Forkompimcam, puskesmas dan desa. "Kami juga sudah launching gebrakan gerakan bersama (gebrak) PSN di desa giri Sasak untuk memberantas sarang nyamuk,"jelas Iskandar, Selasa (16/3). Gebrakan PSN diawali di Dusun Lendang Sedi Desa Giri Sasak bersama Forkompimcam, Kapolsek, Danpos, Dikes dan Puskesmas Serta melibatkan Masyarakat setempat. Dalam Gebrak PSN ini, pihaknya membagi tiga kelompok untuk turun melakukan PSN ke sejumlah titik di Desa itu.
Gebrak PSN ini jelas dia akan terus dilakukan di semua desa melalui kegiatan Jum'at bersih. Pihaknya sendiri menghidupkan Jumat bersih dengan melakukan gotong royong di semua desa. Sebelumnya dilakukan di Jagaraga dan Kuripan timur. Upaya ini selain menangani DBD dan dan covid-19, juga untuk melaksanakan program ijo nol dedoro yang menjadi program Pemda. Untuk menangani covid-19, pihaknya sudah membentuk tim PPKM Skala Mikro di semua desa. Bahkan semua desa sudah melakukan Refocusing DD untuk mendukung PPKM Skala Mikro. Selain itu, pihaknya melakukan ngayo dese untuk pembinaan administrasi umum dan keuangan dalam mendukung program Pemda gardu Mete.
Di tempat yang sama Kades Kuripan Hasbi mengatakan pihaknya dalam penanganan DBD Pihaknya memberdayakan IKM. "Dalam rangka memberdayakan IKM, IKM Kami membuat alat Fogging. Kami dari desa dukung anggaran,"jelas Hasbi. Biaya yang diberikan hanya Rp 1.5 juta kepada IKM untuk merakit alat Fogging. Kalau dibanding dengan alat Fogging harganya sangat mahal mencapai puluhan juta rupiah. Namun dengan adanya IKM yang merakit alat Fogging sendiri sangat membantu pihak Desa dan kecamatan dalam penanganan DBD.
Sedangkan untuk bahan-bahan untuk Fogging, Pihaknya meminta bantuan dari Dikes. "IKM rakit sendiri alat Fogging,"imbuhnya. Cara kerja Alat ini sama seperti yang asli. Karena mampu menghasilkan asap. Dari sisi kualitas juga tidak kalah dengan yang asli. Alat Fogging yang dirakit ini jelas dia, sebagian Inisiatif warga karena kepedulian menangani DBD. "Ini bentuk kepedulian warga kami menangani DBD,"imbuh dia. Sementara itu, Kadis Keanehan Hj Made Ambaryati mengatakan gerakan PSN yang dilakukan kecamatan dan desa sangat membantu dalam penanganan DBD. Apalagi sejauh ini angka Kasus kematian pasien DBD mencapai tiga orang Diawal tahun ini. Jumlah ini memang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. "Kalau tahun lalu itu ada enam Kasus meninggal pada periode yang sama, sedangkan tahun ini ada tiga kasus,"jelas Ambar. (Gl 02)