Anggota DPRD Lobar H Faedullah bersama Kapus Sesela, pihak STPI dan pihak desa melakukan sosialisasi pengetahuan TBC dan Desa Siaga TB di kantor desa setempat |
LOMBOK BARAT , - Dua desa ini di pilih menjadi percontohan penanganan eliminasi TBC , yakni Desa sandik dan desa sesela kecamatan Gunungsari dan batulayar dikarenakan Penyeberangan penyakit TBC (Tuberkulosis) di Lombok Barat menghawatirkan.
Untuk penguatan penanganan TBC di Desa Sesela kecamatan Gunungsari, Senin (22/3) dilakukan sosialisasi pengetahuan TBC dan Desa Siaga TB di kantor desa setempat. Hadir dalam kesempatan itu, Anggota DPRD Lombok Barat H Faedullah, Senior Progam Manager STPI Lukman Hakim, Kades Sesela H Abu Bakar dan para peserta calon kader. Faedullah mengatakan, masalah TBC ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Padhal angka kasus dan kematiannya jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan covid-19 yang baru terjadi tahun lalu. Akan tetapi karena penyakit penularannya ini dari bakteri maka lama proses penyebaran, tidak seperti virus Corona. Namun kalau bicara tingkat kematian, nomor dua setelah kangker di Indonesia. "Apalagi di Lobar, angka estimasi warga tertular TBC 2.513 orang, yang baru ditemukan itu baru sekitar 700 lebih. Artinya ada hampir 2000 orang yang belum ditemukan"jelas politisi Perindo ini.
Karena itulah lanjut dia, diadakan Kegiatan sosialisasi ini untuk merekrut Kader-kader yang bisa mengenali gejala TBC, dan mendampingi warga yang terjangkit TBC serta bagiamana mencegah penularannya. Nantinya kader-kader ini yang akan mencari para penderita TBC. "Dan ini ada program dari pihak STPI untuk membantu penanganan TB ini,"jelas dia. Sehingga kedepannya dua Desa yakni Desa Sesela dan Sandik akan menjadi desa percontohan nasional untuk pencegahan dan penanggulangan TBC. Dari sisi intervensi DPRD khusus dirinya mendorong Pemda mengalokasikan anggaran khusus untuk penanganan TBC ini. "Karena kurangnya perhatian dari pemerintah, perlu ada perda untuk penanganan karena ini berbahaya penularannya,"ujarnya.Pihaknya juga akan mengarahkan program aspirasi untuk membantu penanganan TBC ditingkat Desa. "Nanti saya usulkan melalui program aspirasi, kalau tidak masuk di anggaran perubahan nanti saya masukkan di APBD 2022,"ujarnya.
Senior progam manager STPI, Lukman Hakim mengatakan setiap tahunnya angka kasus TBC Indonesia mengalami peningkatan, hal ini menyebabkan posisi Indonesia sebagai negara dengan kasus tertinggi di dunia mengalami pergeseran dari posisi ketiga menjadi kedua setelah India dengan tingkat kematian 96.000 jiwa yang disebabkan TBC. Selain itu sebagian besar penderita TBC masih dalam usia produktif (data WHO, Global TB Report 2020). "Di Lobar pada 2020 diperkirakan jumlah penderita TBC 2.513 orang, namun yang ditemukan 763 orang. Hal ini menunjukkan bahwa angka temuan kasus pada kisaran 30,36 persen sehingga masih banyak kasus terduga TBC belum ditemukan dan berpotensi untuk memberikan penularan pada masyarakat,"terang dia.
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya penemuan kasus dan pengobatan di Kabupaten Lombok Barat antara lain, banyak penderita TBC yang tidak mau menjalani pengobatan. Ada penderita TBC yang putus obat di tengah jalan. Tenaga kesehatan terbatas. Jarak ke puskesmas yang jauh untuk beberapa wilayah tertentu dan kurangnya Perhatian masyarakat. Oleh karena itu kata dia, diperlukan sistem pendekatan yang dapat menemukan penderita TBC di masyarakat dan mengobati dan mengawasi penggunaan obatnya hingga tuntas dengan cara melibatkan masyarakat. Desa memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan upaya pencegahan dan pengendalian TBC di daerah. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah meningkatkan kesadaran dan kapasitas pengetahuan masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian TBC serta penguatan komitmen dan kepemimpinan desa dalam pencegahan dan pengendalian TBC.
Menyikap hal tersebut, pada tahun 2021 pihaknya mengembangkan jangkauan program sampai ke desa dengan membentuk Desa Siaga TBC. Pemilihan desa siaga ini berdasarkan atas beberapa hal antara lain, beban TBC di desa cukup tinggi, komitmen pemerintah desa untuk terlibat dalam proses pelaksanaan program dan keberlanjutannya, pertimbangan Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat. Karena itulah, sebagai langkah awal untuk pembentukan desa siaga TBC, maka dilakukan sosialisasi penanggulangan TBC dan Desa Siaga TBC. Kedepannya pemerintah Desa dan Pemda harus membuat Renaksi desa untuk eliminasi TBC, kemudian terintegrasi dalam RPJMdes, RPJMD,RKPDes serta RKPD sehingga masuk penganggsaran. Selain itu, perlu dibuat regulasi terkait pengulangan TBC.
Kepala Puskesmas Sesela, Rusman Effendi.,SSi.,MM.,mengatakan khusus TBC di Lobar diestimasi mencapai 2.500 lebih kasus. "Tapi baru dicapai penemuan Kasus 763 orang, sisanya masih banyak yang belum ditemukan,"aku dia. Khusus di wilayah kerja puskesmas Sesela terdiri desa Sesela, Jatisea dan Midang tahun 2020 ada 109 estimasi kasus TBC namun baru ditemukan 4 orang. Kemudian tahun ini hingga bulan Maret sudah ditemukan 6 kasus. Karena itu, pihaknya mengapresiasi memilih desa Sesela sebagai percontohan penanganan. Kalau dilihat per puskesmas, persentase tertinggi ada di daerah Jakem Lembar. Untuk upaya penanganan, pihak Pemda sudah melakukan berbagai program. (Gl 02).