MATARAM - - Memasuki Bulan Ramadhan 1442 Hijriah/2021 Masehi, Tim Pengendali Inflasi Daerah Provinsi NTB bersama Bank Indonesia Perwakilan NTB, menggelar Hight Level Meeting, di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur NTB, Rabu (14/4). Rapat tersebut membahas tentan ketersediaan dan perkembangan harga kebutuhan bahan pokok serta beberapa solusi untuk menekan inflasi yang sering terjadi pada momen-momen tahunan seperti ini.
Kepala Bank Indonesia Provinsi NTB, Heru Saptaji, pada kesempatan tersebut mengusulkan agar dilakukan operasi pasar untuk menghadapi komoditi-komoditi tertentu yang mengalami lonjakan harga. Ia mengatakan agar TPID NTB harus melakukan sidak langsung melihat pergerakan harga komoditas-komoditas pangan strategis yang harganya meningkat selama Ramadhan dan menjelang Idul Fitri kedepannya.
“Kami juga akan melakukan koordinasi yang semakin intensif baik di level provinsi dan kabupaten/kota dimana pengendalian inflasi ke depan kita harapkan akan lebih selaras dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat,” kata Heru.
Dikatakan Heru, beberapa hal yang mempengaruhi hasil komoditas pertanian dan kebutuhan lainnya, diantaranya dipengaruhi oleh cuaca ekstrim dalam tiga bulan terakhir. Selain itu, gelombang laut yang sering terjadi saat ini juga akan mempengaruhi hasil tangkapan nelayan yang juga menyebabkan hasil-hasil perikanan juga mengalami kenaikan harga.
"Fenomena alam seperti ini harus diantisipasi dengan menyiapkan ketersediaan pangan sebagai penyangga ketahanan pangan. Kami akan meningkatkan dan mengembangkan kluster-kluster komoditas pangan strategis seperti cabe, bawang merah, beras dan sebagainya agar bisa disiapkan jika sewaktu-waktu dilakukan Operasi Pasar,” ujarnya.
Disamping itu, menurutnya pemerintah melalui TPID juga hendaknya menjalin kerja sama dengan mitra-mitra bisnis pertanian lainnya untuk melakukan off taker dengan menyiapkan stok pangan lokal dengan stok pangan yang dikirim ke luar daerah. Ini juga salah satu strategi untuk memenuhi ketersediaan bahan pokok komoditi pertanian di daerah.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB, Drs. H. Fathurrahman, M.Si., mengutip penekanan Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, M.Sc., usai rapat, mengatakan bahwa kedepan TPID memang harus berusaha mencari solusi untuk menghadapi situasi menjelang hari-hari besar keagamaan.
“Kedepan TPID hendaknya mencarikan solusinya karena memang setiap kegiatan atau hari besar keagamaan selalu diiringi dengan kenaikan harga terhadap komoditi tertentu walaupun ketersediaan komoditas dimaksud selalu ada di lapangan,” kata Fathurrahman.
Fathurrahman menambahkan, TPID NTB ke depannya akan lebih berkonsentrasi pada pengendalian dan stabilitasi pada bahan komoditi pangan yang kerap kali dikeluhkan harganya cukup tinggi dan sangat dibutuhkan seperti cabe dan kedelai.
“Komoditi seperti cabe, kedelai, beras dan lainnya kedepan akan didorong agar pengendalian harganya bisa diselesaikan untuk tahun-tahun berikutnya. Misalnya seperti dari Dinas Pertanian yang secara teknis akan melakukan upaya seperti apa agar ketersediaan bahan pangan ini tetap ada atau tidak langka di pasaran, sehingga harganya juga bisa terjangkau oleh masyarakat,” tukasnya.
Fathurrahman tidak mempersoalkan harga bahan pokok lainnya, karena kenaikannya tidak terlalu signifikan. Ia menyebut gula pasir harganya di tingkat pengecer tidak lebih dari Rp12.500 per kg, termasuk tepung, minyak goreng dan lainnya terpantau masih stabil. (Gl 02)