MATARAM, - Prof Bambang Hari Kusumo disegani berkat riset dan karyanya di jurnal ilmiah oleh para akademisi di dalam dan di luar negeri. Ia membuat nama Unram harum di forum-forum dunia. Ia juga mengarsiteki berbagai riset aplikatif yang menjadikan komoditas andalan NTB bernilai tambah tinggi. Siap membawa Unram menonjol dan bermartabat kembali.
Syahdan, Perdana Menteri Selandia Baru John Key terkesima. Orang nomor satu di salah satu negara maju dunia tersebut tak sedikitpun beranjak. Dengan saksama, dia memperhatikan briefing yang diberikan Prof Bambang Hari Kusumo tentang proyek kerja sama Universitas Mataram dengan Massey University, salah satu universitas terbaik di Selandia Baru.
Briefing usai, dengan hangat, John Key menyalami dan memberi selamat pada Prof Bambang. Keduanya kemudian berbincang sejenak. Perdana Menteri ke-38 Selandia Baru tersebut kian surprise manakala mengetahui, Guru Besar Universitas Mataram kelahiran Lombok Timur tahun 1965 tersebut adalah alumni Massey University.
Prof Bambang tak akan pernah lupa masa di mana dia memberi briefing pemimpin Selandia Baru yang disegani dunia tersebut. Kala itu awal tahun 2016. John Key sedang dielu-elukan di negaranya. Dia mendulang pujian karena keberhasilannya dalam menangani keterpurukan ekonomi Selandia Baru paska krisis global. Ia juga disanjung karena berhasil menangani dua gempa bumi besar yang melanda negara tersebut.
“Saya tak akan pernah lupa respons dan antusiasme beliau,” kata Prof Bambang akhir pekan lalu. Di sela kesibukannya menuntaskan laporan penelitian strategis Kemendikbud Ristek, ayah empat anak ini banyak berbagi cerita.
Di Negeri Kiwi, Prof Bambang memang memiliki rekam jejak yang panjang. Dia menamatkan pendidikan doktoralnya di Massey University dengan beasiswa dari Pemerintah Selandia Baru. Program doktoral diselesaikannya dengan predikat luar biasa. Pria yang kini menjabat Wakil Direktur Pascasarjana Universitas Mataram ini meraih penghargaan kelulusan sempurna tanpa ada perbaikan untuk kategori penulisan disertasi terbaik.
Jangan heran, sebagai akademisi, namanya begitu masyhur di negeri ujung selatan bumi tersebut. Semenjak 2017 hingga saat ini, Prof Bambang pun menjadi Adjunct Lecturer di Massey University. Sebagai Profesor Tamu, salah satu tugasnya adalah sebagai penguji disertasi mahasiswa S3 di perguruan tinggi yang masuk rangking 250 besar dunia tersebut.
Usai menuntaskan S3 dan Post Doctoral, pada 2015, Prof Bambang kembali ke Unram. Sungguh dia begitu produktif dalam berbagai riset dalam bidang Ilmu Tanah dan sektor pertanian dan pangan. Riset-riset tersebut menjadikannya acap diundang di berbagai forum bergengsi tingkat dunia. Dia misalnya menjadi pembicara di forum yang digelar organisasi pangan dunia, FAO, di Roma, Italia.
Karena itu, begitu namanya muncul dalam bursa kandidat Rektor Universitas Mataram periode 2022-2026, Prof Bambang membetot perhatian. Bersama Prof HL Husni, Rektor Unram petahana, dan Dr Djumardin, mereka akan menjalani pemilihan pada rentang waktu 3 Januari hingga 27 Februari 2022. Akan ada 32 suara dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang akan diperebutkan selain 60 suara dari Anggota Senat Universitas Mataram. Ketiga kandidat pekan lalu telah mencabut nomor urut. Prof Bambang mendapat nomor urut 2.
Prof Bambang menegaskan kesiapannya untuk mengemban amanah memimpin Unram empat tahun mendatang. Dia pun sudah menyiapkan sejumlah strategis untuk mengembalikan Unram sebagai perguruan tinggi yang bermartabat dan menonjol di level nasional maupun internasional.
Sejumlah program disiapkannya. Terutama untuk peran dan sumbangsih Unram bagi kemajuan daerah. Termasuk pengembangan riset-riset unggulan dan strategis yang akan menjadikan Unram sebagai rujukan di tingkat nasional maupun dunia.
*Tak Boleh Jadi Penonton*
Yang paling dekat tentu saja, memastikan Unram terlibat aktif dalam menyiapkan masyarakat, menyusul posisi NTB kini sebagai salah satu destinasi sport tourism kelas dunia. Diawali pada November ini dimana World Superbike akan dihelat di kawasan wisata Mandalika. Kemudian berikutnya akan ada event MotoGP tahun depan.
“Jika takdir membawa kami menerima amanah memimpin Unram, maka Unram harus berkontribusi untuk memastikan masyarakat NTB tidak sebagai penonton,” katanya.
Alumnus program Magister Queensland University di Australia ini mengatakan, sektor pertanian akan menjadi perhatian. Unram akan mengambil peran memastikan para petani di NTB bisa menjadi penyuplai seluruh kebutuhan di kawasan Mandalika.
Prof Bambang menyadari, butuh effort yang besar untuk mewujudkan hal tersebut. Namun, bukan berarti hal tersebut akan dimulai dari titik nol. Prof Bambang bersama para koleganya di Fakultas Pertanian Unram telah menginisiasi program tersebut dengan pengembangan komoditas hortikultura di Lombok Utara dengan pendanaan dari Selandia Baru.
Program ini antara lain menyasar masyarakat di Desa Santong, Sesait, dan Desa Salut. Total ada 15 komoditas hortikultura yang dikembangkan masyarakat di sana. Hotel dan restoran, adalah pasar utama komoditas yang dihasilkan. Antara lain wortel, paprika, selada, kembang kol, tomat, cabai, dan komoditas sayur mayur premium lain.
Prof Bambang menegaskan, seluruh kebutuhan hotel dan restoran dan kebutuhan lainnya, bisa dipasok dari NTB. Sehingga NTB tidak perlu mengandalkan pasokan dari luar pulau untuk memenuhi permintaan komoditi di sektor pariwisata.
Kunci untuk mewujudkan hal tersebut adalah memastikan komoditas bisa memenuhi standar kualitas, bisa memenuhi kuantitas, dan juga kontinuitas. Dia membeberkan bagaimana pola pengembangan komoditas hortikultura tersebut.
Untuk menjamin kuantitas pasokan, para petani dikenalkan dengan pola menanam sistem seri. Yakni tidak menanam satu jenis komoditi dalam waktu serentak secara bersamaan. Langkah ini untuk memastikan agar komoditas bisa dipanen setiap hari.
Di sinilah Unram mengambil peran. Sebab, perlu ada yang mengkoordinir para petani agar istiqomah menerapkan pola menanam dengan sistem seri ini. Unram hadir untuk membina mereka. Memastikan siapa yang menanam apa. Berapa jumlahnya.
Dan satu hal yang teramat penting kata Prof Bambang, bahwa petani tidak boleh dibebankan dengan urusan pemasaran. Tanggung jawab pemasaran ini harus diambil pihak lain. Bisa pemerintah, bisa perusahaan swasta, atau juga bisa BUMDes. Sehingga, para petani pun bisa fokus dalam upaya menyiapkan produksi komoditas.
Perusahaan-perusahaan itulah yang akan menjembatani petani dengan konsumen. Perusahaan penghubung harus tahu berapa jumlah permintaan. Dengan begitu, para petani tahu berapa yang harus ditanam dan diproduksi. Hal tersebut akan memastikan tidak terjadi over produksi, yang pada akhirnya kemudian membuat harga menjadi jatuh. Harga drop saat panen.
Kemudian, untuk menjamin kualitas. Unram juga akan berperan besar. Kualitas ini biasanya tak bisa ditawar-tawar. Manakala tak ada jaminan kualitas, maka biasanya hotel dan restoran tidak mau menandatangani kontrak pembelian dalam jangka panjang.
“Di sinilah perguruan tinggi berperan. Kita bisa membantu petani untuk menjamjn kualitas produksi. Memberi input agar produksi bisa berlangsung baik. Memastikan tanaman tumbuh optimal,” kata Prof Bambang.
Unram bisa membantu para petani bagaimana mengatur pemupukan. Misalnya penggunaan pupuk organik. Tidak menggunakan pestisida yang berbahaya. Kalaupun boleh pestisida, berapa lama pestisida boleh disemprotkan sebelum panen. Lalu juga mengedukasi petani bagaimana mengatur proses panen. Sehingga petani jangan sampai panen muda. Atau jangan sampai panen pada saat komoditas sudah terlalu tua atau terlalu matang.
Selain itu, Unram bisa membantu petani menyiapkan grading. Pemilahan komoditas dari hulu. Sehingga sedari awal para petani tahu, mana komoditas mereka yang kualitas terbaik untuk memenuhi permintaan konsumen hotel dan restoran. Lalu mana komoditas yang berkualitas medium atau kualitas di bawahnya yang akan memenuhi permintaan-permintaan kelas menangah dan juga pasar tradisional.
Prof Bambang mencontohkan bagaimana pola ini sudah diterapkan di Thailand. Padahal hanya untuk satu jenis komoditas yakni jeruk nipis. Namun, mampu memberi nilai tambah tinggi dengan hasilnya luar biasa. Para petani mampu memenuhi permintaan komoditas hortikultura untuk pasar antarnegara.
Tugas petani di sana hanya fokus pada produksi. Kemudian untuk menjaga kualitas produksi, ada keterlibatan perguruan tinggi. Sementara untuk pemasaran ada lembaga khusus semacam koperasi. Sedangkan pemerintah memberi subsidi untuk kebutuhan petani. Semisal pupuk dan kebutuhan lainnya.
“Koperasi juga bertindak sebagai pihak yang melakukan grading. Dan proses tersebut sudah langsung dilakukan di titik produksi. Langsung dengan mesin pemilah. Mana produk yang bisa memenuhi pasar antar negara, mana yang untuk memenuhi permintaan di dalam negeri,” katanya.
Contoh lain di Selandia Baru. Ada lembaga yang bernama Fontera, salah satu koperasi terbesar di dunia yang bertindak mengambil tanggung jawab untuk pemasaran. Kebetulan, ini hanya untuk satu komoditas jenis susu cair. Para petani pun tidak perlu pusing memikirkan pemasaran. Mereka fokus produksi. Setiap hari, kendaraan dari Fontera akan berkeliling mengambil dan mengumpulkan susu dari para peternak. Begitu seterusnya.(gl 02).